TRADISI SEDEKAH BUMI DAN PERTUNJUKAN SENI LANGEN TAYUB DI DESA TEGALAGUNG

  • May 07, 2024
  • Tegalagung

Tegalagung-Semanding (06/05/2024)-Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Upacara ini sebenarnya sangat Populer di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Begitu pula halnya masyarakat Desa Tegalagung salah satu desa yang terletak di kecamatan Semanding, kabupaten Tuban sudah sedari dulu melestarikan salah satu kearifan lokal ini.

Waktu pelaksanaan Sedekah Bumi di Desa Tegalagung ditentukan oleh hasil Keputusan musyawarah pimpinan adat setempat yaitu sekitaran bulan Syawal dan Dzulqoidah, pada tahun 2024 ini rangkaian Sedekah Bumi mulai dilaksanakan pada hari Minggu 05 Mei 2024. Tradisi ini dilaksanakan di semua balai pemakaman umum, punden dan sumber mata air yang ada di Desa Tegalagung. Karena banyaknya tempat sakral di Desa Tegalagung maka pelaksanaan upacara adat Sedekah Bumi pun harus bergilir mengikuti jadwal yg telah ditentukan oleh panitia dan pimpinan adat setempat.

Sore hari sebelum upacara adat dilaksanakan, diawali dengan acara pembacaan doa dan tahlil bersama yang dihadiri masyarakat desa terlebih warga yang merupakan keluarga para ahli kubur di pemakaman tersebut. Keesokan harinya para warga kemudian berduyun-duyun berkumpul dengan membawa aneka hidangan biasanya berupa nasi dengan beberapa lauk seperti ulas-ulas kacang, olahan mi telur, mi bihun, kentang balado, acar papaya muda, dengan ayam dan ikan bandeng yang dimasak sesuai selera. Melengkapi hidangan tersebut ada beberapa jajanan khas yang selalu ada saat Sedekah Bumi seperti, rengginang, tape beras, kue kucur, pisang dan ketan gurih dengan parutan kelapa. Hidangan ini kemudian dikumpulkan untuk dibacakan do’a oleh Modin Desa kemudian saling ditukar dan dibagikan sesama warga yang hadir.

Tradisi Sedekah Bumi yang digelar di balai pemakaman umum akan ditutup dengan pertunjukan seni Langen Tayub. Tayub merupakan salah satu kesenian Jawa yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak dan tembang jawa dilantunkan pesinden yang disebut waranggana. Pertunjukan tari langen tayub ini, melibatkan penonton terutama laki-laki untuk berpatisipasi langsung menjadi pasangan waranggana yang menari.

Tradisi Sedekah bumi ini merupakan bukti bahwa budaya jawa dan ajaran islam dapat berjalan beriringan tanpa menghilangkan salah satu dari keduanya. Tradisi ini mengajarkan nilai kebersamaan, ungkapan rasa syukur serta kepedulian terhadap lingkungan. Tradisi ini juga dapat menjadi ladang rejeki bagi para pedagang kaki lima. Dimana mereka semua bisa berjualan di sekitar tempat pertunjukan langen tayub.

Namun di era yang begitu modern ini gempuran budaya asing sangat luar biasa, menghadirkan tantangan tersendiri bagi masyarakat desa untuk dapat melestarikan tradisi ini. Diharapkan usaha bersama dari masyarakat lokal, pemerintah, dan semua pihak yang terlibat, tradisi ini akan terus hidup dan lestari sampai generasi masa depan.(han)