Sejarah Desa Tegalagung

Setiap desa pasti memiliki sejarahnya masing-masing demikian halnya dengan Desa Tegalagung. Sejarah asal muasal desa seringkali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun temurun dan disampaikan dari mulut ke mulut, sehingga sulit dibuktikan secara fakta.

Legenda atau asal muasal Desa Tegalagung ada berbagai versi karena diceritakan secara turun temurun dan belum pernah ada penelitian secara ilmiah juga cerita ini belum pernah ditulis di dokumen pemerintahan desa sebagai aset dari khasanah kekayaan budaya. Diantara cerita tersebut adalah sebagai berikut  :

Nama Desa Tegalagung diambil dari dua kata yaitu Tegal yang berarti perkebunan berbatu, dan Agung berarti berlimpah airnya. Dua kata tersebut dapat dibuktikan dengan fakta bahwa di Desa Tegalagung terdapat tegalan atau ladang berbatu kerikil yang luasnya ¾ dari keseluruhan luas wilayah Desa Tegalagung, dan di tegalan itu pula banyak sekali sumber mata air yang besar dan bahkan dipergunakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum untuk mensuplai kebutuhan air minum bagi masyarakat luas yang tidak hanya untuk warga Desa Tegalagung akan tetapi mencakup desa-desa disekitarnya.

Dikisahkan bahwa dahulu kala tersebutlah seorang musafir alim nan sakti, suatu hari ketika singgah di Desa Tegalagung ia meminta air minum untuk sekedar menghilangkan dahaga, lalu diberilah musafir tersebut air minum oleh warga Desa Tegalagung, melihat kearifan warga desa dengan rasa bersyukur lalu musafir tersebut bermunajat kepada Allah SWT meminta agar warga Desa tersebut dianugrahi air yang banyak berupa telaga. Akan tetapi ketika bermunajat pada Allah SWT tersebut konsentrasinya terganggu dengan suara orang yang sedang menumbuk jagung, karena belum selesai munajat nya maka gagal pula telaga yang diinginkan musafir tersebut, fenomena ini terbukti dengan legenda sebuah nama BENGAWAN WURUNG atau "telaga yang tidak jadi" yang terletak di tegalan wilayah RW. 03 Desa Tegalagung. Dimana di tegalan itu terdapat kerikil berpasir sebagai ciri dari bebatuan yang ada di telaga. Konon kerikil tersebut adalah jelmaan dari bekal musafir berupa Karak atau nasi aking, dan tempat bermunajat musafir tersebut sekarang dikenal sebagai Tricak Wali atau Telapak Kaki Wali dimana pada tempat itu terdapat batu dengan bekas telapak kaki yang terletak di sekitar Telogo Wurung.

Tentang keberadaan musafir alim  tersebut didukung oleh beberapa bukti bahwa di Desa Tegalagung terdapat bebrapa makam para sesepuh yang sangat dihormati di Desa Tegalagung diantaranya :

1. Makam Mbah Buyut Santri dari nama yang beliau sandang menunjukkan bahwa  beliau termasuk orang yang mempunyai pengetahuan lebih tentang Agama.

  2.  Makam Syeh Jalaludin, atau dikenal dengan sebutan makam Mutho menurut menurut cerita orang dahulu Bekicot tidak berani memasuki area makam tersebut.

Demikian sekilas sejarah asal muasal Desa Tegalagung yang berhasil kami gali dari berbagai sumber, tentu ini masih jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan yang Maha sempurna lagi Maha Tahu tentang segala-galanya. Dan dari lubuk hati yang paling dalam kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam uraian ini kurang berkenan di hati masyarakat. Wallahu A’lam Bishshowab.